Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Gagal Jantung
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Saat ini Congestive
Hearth Failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal jantung kongestif
merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat. Risiko
kematian pada gagal jantung ringan meningkat hingga 5-10% dan pada gagal
jantung berat 30-40%. Gagal jantung merupakan penyakit yang paling sering
memerlukan perawatan ulang di rumah sakit (Kasron,2012)
Menurut AHA
tahun 2004, melaporkan 5,2 juta penduduk Amerika menderita gagal jantung.
Asuransi kesehatan medicare USA paling banyak mengeluarkan biaya untuk
diagnosis dan pengobatan gagal jantung, dari hasil pencatatan dan pelaporan.
Menurut riset kesehatan dasar (RISKASDES) yang dikeluarkan oleh kementrian
kesehatan pada tahun 2013 prevalensi gagal jantung berdasarkan diagnosis dokter
di Indonesia didapati 0,13%, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala
sebesar 0,3%. Dan dari hasil pencatatan rumah sakit ditahun 2007 pada
Sistem Informasi rumah sakit menunjukkan case fatality rate tertinggi pada
gagal jantung sebesar 13,42%.
Semua
penyakit jantung utama bila dalam keadaan parah dapat berpengaruh pada fungsi
pompa yang dikenal sebagai kegagalan jantung kongestif (CHF),Gagal Jantung
adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrient dan oksigen.serta kerusakan kontraktilitas
dari jantung, yang mengarah pada curah jantung kurang dari normal. Kondisi umum
yang mendasari termasuk aterosklerosis, hipertensi atrial, dan penyakit
inflamasi atau degenerative otot jantung, sejumlah faktor sistemik dapat
menunjang perkembangan dan keparahan dari gagal jantung. Peningkatan laju
metabolik(misalnya, demam, koma, hipoksia dan anemia membutuhkan suatu
peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen.(Bararah, Taqiyyah,
2013)
B. Rumusan Masalah
1.Apa
yang di maksud hipertensi?
2.Bagaimana
penatalaksanaan Medis dan Keperawatan hipertensi?
C.Tujuan Penulisan
1.Untuk
mengetahui pengertian hipertensi.
2.Untuk
mengetahui landasan teoritis penyakit hipertensi.
3.Untuk
mengetahui asuhan keperawatan hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Gagal
jantung adalah keadaan patofisiologis ketika jantung sebagai pomppa tidak mampu
memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan.Ciri penting dari definisi
ini adalah gagal didefinisikan relatif terhadap kebutuhan metabolic tubuh, dan
penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara
keseluruhan.Istilah gagal miokardium ditujukan spesifik pada kelainan fungsi
miokardium.Gagal miokardium umumnya mengakibatkan gagal jantung, tetapi
mekanisme kompensorik sirkulasi dapat menunda atau bahkan mencegah berkembang
menjadi kegagalan jantung sebagai suatu pompa. (Sylvia & Lorraine. 2006)
Istilah
gagal sirkulasi lebih bersifat umum dibandingkan dengan gagal jantung.Gagal
sirkulasi menunjukan ketidakmampuan system kardiovaskular untuk melakukan
perfusi jaringan dengan memadai.Definisi ini mencakup segala kelainan sirkulasi
yang mengakibatkan tidak memadainya perfusi jaringan, termasuk perubahan volume
darah, tonus vascular, dan jantung.Gagal jantung. (Sylvia & Lorraine. 2006)
B.
Anatomi Fisiologi Organ
1. Jantung
Jantung adalah organ berotot dengan
ukuran sekepalan. Jantung terletak di rongga toraks (dada) sekitar garis tengah
antara sternum atau tulang dada di sebelah anterior dan vertebra (tulang
punggung) di sebelah posterior (Sherwood, Lauralee, 2001: 258). Bagian depan
dibatasi oleh sternum dan costae 3,4, dan 5. Hampir dua pertiga bagian jantung
terletak di sebelah kiri garis median sternum. Jantung terletak di atas
diafragma, miring ke depan kiri dan apex cordis berada paling depan dalam
rongga thorax. Apex cordis dapat diraba pada ruang intercostal 4-5 dekat garis
medio-clavicular kiri. Batas cranial jantung dibentuk oleh aorta ascendens,
arteri pulmonalis, dan vena cava superior (Aurum, 2007).Pada dewasa, rata-rata
panjangnya kira-kira 12 cm, dan lebar 9 cm, dengan berat 300 sampai 400 gram
(Setiadi, 2007: 164).
a).Ruang Jantung
Jantung dibagi menjadi separuh kanan dan kiri, dan memiliki empat bilik
(ruang), bilik bagian atas dan bawah di kedua belahannya. Bilik-bilik atas,
atria (atrium, tunggal) menerima darah yang kembali ke jantung dan
memindahkannya ke bilik-bilik bawah, ventrikel, yang memompa darah dari
jantung. Kedua belahan jantung dipisahkan oleh septum, suatu partisi otot
kontinu yang mencegah pencampuran darah dari kedua sisi jantung. Pemisahan ini
sangat penting, karena separuh kanan jantung menerima dan memompa darah
beroksigen rendah sementara sisi kiri jantung menerima dan memompa darah
beroksigen tinggi (Sherwood, Lauralee, 2001: 259-260).
b).Katub-katub Jantung
Katup jantung berfungsi mempertahankan
aliran darah searah melalui bilik-bilik jantung (Aurum, 2007). Setiap katub
berespon terhadap perubahan tekanan (Setiadi 2007: 169). Katub-katub terletak
sedemikian rupa, sehingga mereka membuka dan menutup secara pasif karena
perbedaan tekanan, serupa dengan pintu satu arah Sherwood, Lauralee, 2001:
261). Katub jantung dibagi dalam dua jenis, yaitu katub atrioventrikuler, dan
katub semilunar.
1) Katub
Atrioventrikuler
Letaknya antara atrium dan
ventrikel, maka disebut katub atrioventrikular. Katub yang terletak di antara
atrium kanan dan ventrikel kanan mempunyai tiga buah katub disebut katub
trukuspid (Setiadi, 2007: 169). Terdiri dari tiga otot yang tidak sama,
yaitu:
1)
Anterior, yang merupakan paling tebal, dan melekat
dari daerah Infundibuler ke arah kaudal
menuju infero-lateral dinding ventrikel dextra.
2)
Septal, Melekat
pada kedua bagian septum muskuler maupun membraneus. Sering menutupi VSD kecil
tipe alur keluar.
3) Posterior,
yang merupalan paling kecil, Melekat pada cincin tricuspidalis pada sisi
postero-inferior (Aurum, 2007).
Sedangkan katub yang letaknya di
antara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai dua daun katub disebut katub
mitral (Setiadi, 2007: 169). Terdiri dari dua bagian, yaitu daun katup mitral
anterior dan posterior. Daun katup anterior lebih lebar dan mudah bergerak,
melekat seperti tirai dari basal bentrikel sinistra dan meluas secara diagonal
sehingga membagi ruang aliran menjadi alur masuk dan alur keluar (Aurum, 2007).
2) Katub Semilunar
Disebut
semilunar (“bulan separuh”) karena terdiri dari tiga daun katub, yang
masing-masing mirip dengan kantung mirip bulan separuh (Sherwood, Lauralee,
2007: 262). Katub semilunar memisahkan ventrikel dengan arteri yang
berhubungan. Katub pulmonal terletek pada arteri pulmonalis, memisahkan
pembuluh ini dari ventrikel kanan. Katub aorta terletak antara ventrikel kiri
dan aorta. Adanya katub semilunar ini memungkinkan darah mengalir dari
masing-masing ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta selama systole
ventrikel, dan mencegah aliran balik waktu diastole ventrikel (Setiadi, 2007:
170).
3)
Dinding Jantung
Dinding jantung terutama terdiri
dari serat-serat otot jantung yang tersusun secara spiral dan saling
berhubungan melalui diskus interkalatus (Sherwood, Lauralee, 2001: 262).
Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan berbeda, yaitu:
a.
Perikardium (Epikardium)
Epi berarti
“di atas”, cardia berarti “jantung”, yang mana bagian ini adalah suatu membran
tipis di bagian luar yang membungkis jantung. Terdiri dari dua lapisan, yaitu
(Setiadi, 2007):
Perikarduim
fibrosum (viseral), merupakan bagian kantong yang membatasi pergerakan jantung
terikat di bawah sentrum tendinium diafragma, bersatu dengan pembuluh darah
besar merekat pada sternum melalui ligamentum sternoperikardial.
Perikarduim serosum (parietal),
dibagi menjadi dua bagian, yaitu Perikardium parietalis membatasi perikarduim
fibrosum sering disebut epikardium, dan Perikarduim fiseral yang mengandung
sedikit cairan yang berfungsi sebagai pelumas untuk mempermudah pergerakan
jantung.
b.
Miokardium
Myo berarti “otot”, merupakan lapisan
tengah yang terdiri dari otot jantung, membentuk sebagian besar dinding
jantung. Serat-serat otot ini tersusun secara spiral dan melingkari jantung
(Sherwood, Lauralee, 2001: 262). Lapisan otot ini yang akan menerima darah dari
arteri koroner (Setiadi, 2007: 172).
c.
Endokardium
Endo berarti “di dalam”, adalah
lapisan tipis endothelium, suatu jaringan epitel unik yang melapisi bagian
dalam seluruh sistem sirkulasi (Sherwood, Lauralee, 2007: 262).
C.
Landasan Teoritis Penyakit
1. Etiologi
Penyebab reversible dari gagal
jantung antara lain: aritmia (misalnya: atrial fibrillation), emboli paru-paru
(pulmonary embolism), hipertensi maligna atau accelerated, penyakit tiroid
(hipotiroidisme atau hipertiroidisme), valvular heart disease, unstable angina,
high output failure, gagal ginjal, permasalahan yang ditimbulkan oleh
pengobatan (medication-induced problems), intake (asupan) garam yang tinggi,
dan anemia berat. (Sitompul, Barita., Sugeng, JI. 2003)
Menurut Cowie MR, Dar O
(2008), penyebab gagal jantung dapat diklasifikasikan dalam enam kategori
utama:
a.
Kegagalan yang berhubungan dengan abnormalitas miokard, dapat disebabkan oleh
hilangnya miosit (infark miokard), kontraksi yang tidak terkoordinasi (left
bundle branch block), berkurangnya kontraktilitas (kardiomiopati).
b. Kegagalan yang berhubungan dengan
overload (hipertensi).
c. Kegagalan
yang berhubungan dengan abnormalitas katup.
d. Kegagalan
yang disebabkan abnormalitas ritme jantung (takikardi).
e. Kegagalan
yang disebabkan abnormalitas perikard atau efusi perikard (tamponade).
f.
Kelainan kongenital jantung.
Faktor Predisposisi dan Faktor
Pencetus :
a. Faktor Predisposisi
Yang
merupakan faktor predisposisi gagal jantung antara lain: hipertensi, penyakit
arteri koroner, kardiomiopati, penyakit pembuluh darah, penyakit jantung
kongenital, stenosis mitral, dan penyakit perikardial.
b.
Faktor Pencetus
Yang
merupakan faktor pencetus gagal jantung antara lain: meningkatnya asupan
(intake) garam, ketidakpatuhan menjalani pengobatan anti gagal jantung, infak
miokard akut, hipertensi, aritmia akut, infeksi, demam, emboli paru, anemia,
tirotoksikosis, kehamilan, dan endokarditis infektif. (Sitompul, Barita.,
Sugeng, JI. 2003)
Seperti yang
telah dibahas, gagal jantung sisi kiri paling sering disebabkan oleh penyakit
jantung sistemik, hipertensi, penyakit katup aorta dan mitral, dan penyakit
miokardium noniskemik. (Robbins & Contran. 2009)
2.
Patofisiologi
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang
khas pada gagal jantung akibat penyakit sistemik, mengganggu kemampuan
pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun
mengurangi volume sekuncup, dan meningkatkan volume residu ventrikel. Dengan
meningkatnya EDV (volume akhir diastolik) ventrikel, terjadi peningkatan
tekanan akhir diastolik ventrikel kiri (LVEDP). Derajat peningkatan tekanan
bergantung pada kelenturan ventrikel. Dengan meningkatnya LVEDP, terjadi pula peningkatan
tekanan atrium kiri (LAP) karena atrium dan ventrikel berhubungan langsung
selama diastol. Peningkatan LAP diteruskan kebelakang ke
dalam pembuluh darah paru-paru, meningkatkan tekanan kapiler dan vena
paru-paru. Apabila tekanan hidrostatik anaman kapiler paru-paru melebihi
tekanan onkotik pembuluh darah, akan terjadi transudasi cairan melebihi
kecepatan drainase limfatik, akan terjadi edema intertisial. Peningkatan
tekanan lebih lanjut dapat meningkatkan cairan merembes ke dalam alveoli dan
terjadilah edema paru. (Sylvia
& Lorraine. 2006)
Tekanan arteri paru-paru dapat meningkatkan akibat
peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonalis meningkatkan
tahapan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serangkaian kejadian seperti yang
terjadi pada gagal jantung kiri, juga terjadi pada jantung kanan yang akhirnya
akan menyebabkan edema dan ongestif sistemik. (Price & Wilson. 2006)
3.
Pemeriksaan Penunjang Menurut Bararah & Taqiyyah (2013)
a.
EKG dapat
ditemukan kelainan primer jantung(iskemik, hipertrofi ventrikel,gangguan irama)
dan tanda-tanda faktor pencetus akut(infark miokard, emboli paru)
b.
Scan jantung
tindakan penyutikan fraksi dan memperkirakan gerakan dinding
c.
Sonogram (ekokardiogram, ekokardiogram dopple)
dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/ struktur
katup, atau area penurunan kontraktilitas ventrikuler
d.
Kateterisasi jantung pada gagal jantung kiri
didapatkan (VEDP) 10mmHg atau pulmonary arterial wedge pressure >12mmHg
dalam keadaan istirahat. Curah jantung lebih rendah dari 2,71/menit/m2 luas
permukaan tubuh
e.
Rongent dada dapat menunjukkan pembesaran
jantung, bayangan mencerminkan dilatasi atau hipertrofi bilik, atau perubahan
dalam pembuluh darah abnormal
f.
Enzim hepar meningkat dalam gagal/ kongestif
hepar
g.
Elektrolit mungkin berubah karena perpindahan
cairan/penurunan fungsi ginjal,terapi diuretik
h.
Oksimetri nadi saturasi oksigen mungkin rendah
terutama jika gagal jantung kongestif akut menjadi kronis
i.
AGD Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratori ringan
(dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir)
j.
BUN dan
kreatinin peningkatan BUN menunjukkan penurunab fungsi ginjal. Kenaikan baik
BUN dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal
k.
Pemeriksaan
tiroid peningkatan aktivitas tiroid menunjukkan hiperaktivitasi tiroid sebagai
pre pencetus gagal jantung
5. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Penatalakasanan bertujuan
untuk menurunkan kerja jantung meningkatkan curah jantung dan kontraktilitas
miokard dan menurunkan retensi garam dan air,penatalaksanan meliputi:
(Aspani,Renny, 2015)
a.
Tirah baring
untuk gagal jantung kongestif tahap akut dan sulit disembuhkan
b.
Pemberian
diuretik akan menurunkan preload dan kerja jantung
c.
Pemberian
morfin untuk mengatasi edema pulmonal akut, vaspodilatasi perifer, menurunkan
aliran balik vena dan kerja jantung dan menghilangkan ansietas
d.
Reduksi
volume darah sirkulasi untuk memindahkan volume darah dari
sirkulasi
e.
sentral,
menurunakn aliran balik vena dan tekanan pengisian serta sebaliknya
f.
menciptakan
masalah hemodinamik dengan segera, dengan metode plebotomi.
g.
Terapi
nitrit obat utama untuk vasodilatasi perifer guna menurunkan afterload.
h.
Terapi
digitalis untuk meningkatkan kontraktilitas inotropik memperlambat frekuensi
ventrikel, peningkatan efisiensi jantunh
i.
Inotropik
Positif diberikan dopamine dan dobutamin
j.
Dengan
konterpulasi balon intraaorta atau pompa PBIA
6. Komplikasi gagal jantung menurut Kasron (2012) yaitu:
a.
Syok
kardiogenik
b.
Episode
tromboemboli karena pembentukan bekuan vena karena statis darah
c.
Efusi dan
tamponade pericardium
d.
Toksisitas
digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis
7. WOC/Patoflowdiagram
|
GAGAL JANTUNG
|
``
|
GAGAL POMPA VENTRIKEL KANAN
|
|
GAGAL POMPA VENTRIKEL KIRI
|
|
Bendungan vena sistemik
penimbunan as.laktat
|
|
Tekanan diastole↑
|
|
Bendungan atrium
kanan
|
|
Forward failure
|
|
Backward failure
|
|
lien
|
|
hepar
|
|
hepatomegali
|
|
splenomegali
|
|
Mendesak
diafragma
|
|
Sesak napas
|
|
Pola nafas tidak efektif
|
|
Asidosis
metabolik
|
|
Suplai darah ke jar↓
|
|
ATP↓
|
|
Metabolisme anaerob
|
|
fatigue
|
|
Intoleransi
aktifitas
|
|
Suplai O2 ke otak↓
|
|
Renal
flow ↓
|
|
aldosteron↑
|
|
↑RAA
|
|
ADH↑
|
|
Penurunan
perfusi jaringan
|
|
sinkop
|
|
Tekanan vena pulmonal↑
|
|
↑LVED
|
|
Risiko
tinggi kelebihan volume cairan
|
|
Retensi Na
+H2O
|
|
Beban Vent kanan↑
|
|
Edema paru
|
|
Tekanan kapiler paru↑
|
|
Penyempitan ventrikel kanan
|
|
Hipertrophi ventrikel kanan
|
|
Terdapat
jarak (cairan ↑) antara alveolus-kapiler
|
|
Gangguan
pertukaran gas
|
D.
Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Identitas
b.
Riwayat kesehatan sekarang
1)
Riwayat kesehatan dahulu
2)
Riwayat kesehatan keluarga
3)
Riwayat psikososial
c.
Pola fungsi kesehatan
1)
Pola persepsi
2)
Pola aktifitas
3)
Pola nutrisi
4)
Pola sirkulasi
5)
Pola Eliminasi
6)
Pola pernafasan
7)
Pola tidur/istirahat
8)
Pola kognitif
9)
Pola toleransi
10) Pola
persepsi diri
11) Pola
hubungan/peran
d.
Observasi dan pemeriksaan fisik
1)
Keadaan umum
2)
Tanda-tanda vital
e.
Hasil pemeriksaan penunjang
1)
Laboratorium
2)
Diagnostik
f.
Terapi
(NANDA 2010)
2.
Perumusan Diagnosa (NANDA)
Diagnosa yang sering muncul pada pasien gagal jantung diantaranya:
a. Resiko
tinggi penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung, peningkatan
frekuensi, dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup.
b.
Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan b/d
berkurangnya curah jantung, retensi cairan dan natrium oleh ginjal, hipoperfusi
ke jaringan perifer dan hipertensi pulmonal.
c.
Cemas b/d penyakit kritis, takut kematian atau kecacatan,
perubahan peran dalam lingkungan social atau ketidakmampuan yang permanen.
d.
Intoleransi aktivitas b/d curah jantung yang rendah,
ketidakmampuan memenuhi metabolisme otot rangka, kongesti pulmonal yang
menimbulkan hipoksinia, dyspneu dan status nutrisi yang buruk selama sakit
kritis.
e.
Gangguan pertukaran gas b/d kongesti paru, hipertensi
pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan
curah jantung. (NANDA 2010)
3.
Penentuan Kriteria Hasil (NOC)
a.
Diagnosa I
1)
Tujuan :
a) Penurunan
curah jantung tidak terjadi
2) Kriteria
a)
Tanda Vital
dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)
b)
Dapat
mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
c)
Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
d)
Tidak ada penurunan kesadaran
b.
Diagnosa II
1)
Tujuan
a)
Kelebihan volume cairan tidak terjadi
2)
Kriteria
a)
Terbebas dari edema, efusi, anaskara
b) Bunyi nafas
bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu
c) Terbebas
dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan
c. Diagnosa III
1)
Tujuan
a)
Menghilangkan kecemasan
2)
Kriteria
a)
Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala
cemas
b)
Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik
untuk mengontol cemas
c)
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
d.
Diagnosa IV
1)
Tujuan
a)
Meningkatkan toleransi aktifitas
2)
Kriteria
a)
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
b)
Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara
mandiri
e.
Diagnosa V
1)
Tujuan
a)
Gangguan pertukaran gas tidak terjadi
2)
Kriteria
a) Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
b) Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress
pernafasan
c)
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
d) Tanda tanda vital dalam rentang normal
4.
Perumusan Intervensi Keperawatan (NIC)
a.
Diagnosa I
1)
Auskultasi TD. Bandingkan kedua lengan,ukur dalam
keadaan berbaring,duduk,atau berdiri bila memungkinkan.
2)
Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi.
3)
Catat terjadinya S3/S4
4)
Catat Murmur
5)
Pantau frekwensi jantung dan irama
b.
Diagnosa II
1)
Auskultasi bunyi nafas (krekels)
2)
Kaji adanya edema
3)
Ukur intake dan output
4)
Timbang BB
5)
Pertahankan pemasukan total cairan 2000 ml/24 jam
dalam toleransi kardiovaskuler
6)
Kolaborasi
a)
Berikan diet natrium rendah
b)
Berikan diuretik,contoh : Lasix atau
hidralazin,sprinolakton,dan hidronolakton
c)
Pantau kalium sesuai dengan indikasi
c.
Diagnosa III
1)
Gunakan
pendekatan yang menenangkan
2)
Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku
pasien
3)
Jelaskan semua
prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
4)
Pahami
prespektif pasien terhdap situasi stres
5)
Temani pasien
untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
6)
Berikan
informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
7)
Dorong keluarga untuk menemani anak
8)
Dengarkan dengan penuh perhatian
9)
Identifikasi tingkat kecemasan
10)
Bantu pasien
mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
11)
Dorong pasien
untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
12)
Instruksikan
pasien menggunakan teknik relaksasi
d.
Diagnosa IV
1)
Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
aktivitas
2)
Dorong anal
untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
3)
Kaji adanya
factor yang menyebabkan kelelahan
4)
Monitor nutrisi
dan sumber energi tangadekuat
5)
Monitor pasien
akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
6)
Monitor respon
kardivaskuler terhadap aktivitas
7)
Monitor pola
tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
8)
Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan progran terapi yang tepat.
9)
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
10)
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai
dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
11)
Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
12)
Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
13)
Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
14)
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
15)
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
16)
Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
e. Diagnosa V
Airway Management
1) Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu
2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas
buatan
4) Pasang mayo bila perlu
5) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
7) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
8) Lakukan suction pada mayo
9) Berikan bronkodilator bial perlu
10)
Barikan
pelembab udara
11)
Atur
intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
12)
Monitor
respirasi dan status O2
Respiratory Monitoring
1) Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
2) Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal
3) Monitor suara nafas, seperti dengkur
4) Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes, biot
5) Catat
lokasi trakea
6) Monitor kelelahan otot diagfragma ( gerakan paradoksis )
7) Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak
adanya ventilasi dan suara tambahan
8) Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan napas utama
9) Uskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui
hasilnya
Acid Base Managemen
1)
Monitro IV line
2)
Pertahankanjalan nafas paten
3)
Monitor AGD, tingkat elektrolit
4)
Monitor status hemodinamik(CVP, MAP,
PAP)
5)
Monitor
adanya tanda tanda gagal nafas
6)
Monitor pola respirasi
7)
Lakukan terapi oksigen
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN KASUS
Seorang
laki-laki 45 tahun,dirawat diruang rawat inap dengan diagnosa gagal
jantung.Hasil pengkajian didapatkan data : pasien memiliki riwayat hipertensi,terdapat
batasan aktifitas ringan tidak terdapat keluhan saat istirahat,namun saat
melakukan aktifitas fisik sehari-harinya menimbulkan kelelahan,palpitasi dan
sesak napas.TD 150/100 mm/Hg,frekuensi nadi 100x/menit,pernafasan
30x/menit,suhu badan 36oC,terpasang O2 3 Liter/menit.
A.
Data Demografi
Nama
: Tuan NN
Umur
: 45 tahun
Jenis
Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: JL.H.Hasan Kota Palopo
Status : Menikah
Pendidikan
: Tamat SD
Pekerjaan
: Petani
Diagnosa Medis
: Gagal jantung
Tanggal
MRS
: 30 Oktober 2015
Tanggal Pengkajian : 30 Oktober 2015
B. Riwayat
Kesehatan
Pengkajian
kesehatan pada pasien (dengan pendekatan sistem dan pemeriksaan fisik)
1. Pendekatan
sistem
a.
Keluhan utama :
Batasan aktifitas,palpitasi,dan sesak nafas
b.
Riwayat penyakit :
1)
Riwayat kesehatan sekarang
Pasien
didiagnosa gagal jantung, terdapat batasan aktifitas ringan tidak terdapat
keluhan saat istirahat,namun saat melakukan aktifitas fisik sehari-harinya
menimbulkan kelelahan,palpitasi,dan sesak nafas.
2)
Riwayat kesehatan dahulu
Pasien
memiliki riwayat hipertensi.
3)
Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada
riwayat keluarga.
4)
Riwayat Psikososial
Pasien
berinteraksi terhadap lingkungan dengan baik
2.
Pemeriksaan fisik
a.
Keadaan Umum
KU : Kesadaran composmestis
Motorik : 5
Verbal : 5
Mata : 4
b. Tanda-tanda vital
TD : 150/100 mm/Hg
Pernafasan:
30x/menit
Suhu : 35oC
Nadi : 100x/menit
BB : 63 kg
TB : 169 cm
Pemeriksaan
fisik
1)
Kepala
Inspeksi :
Muka simetris,rambut beruban,kuliat kepala bersih,tak ada lesi.
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan/benjolan/massa pada kulit kepala.
2)
Kulit dan Kuku
Inspeksi
:Warna kulit sawo matang,bentuk kuku covex
Palpasi :
Kulit teraba dingin
Tekstur :
kencang
Turgor :
Elastis
3)
Mata
Inspeksi :
Mata simetris
Palpasi :
Tidak ada nyari tekan pada bola mata
4)
Telinga
Inspeksi :
Telinga simetris,tidak ada serumen dan lesi
Palpasi
:Kartilago elastis
5)
Hidung
Inspeksi :
Simetris,tidak ada benjolan,tidak ada sekretdan epiktaksis
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan
6)
Mulut
Inspeksi :
Simetris,mukosa bibir lembab,tidak ada pembesaran kelenjar tonsil
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan
7)
Leher
Inspeksi :
Simetris,tidak ada pembesaran JVP
Palpasi : Tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid
8)
Dada
Inspeksi :
Simetris
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan pada dada,tidak ada massa pada dada,terdapat palpitasi
9)
Pulmo
Perkusi :
Sonor
Auskultasi
:Vasikuler
10) Jantung
Perkusi :
Redup
Auskultasi :
Bunyi jantung III gallop
11) Abdomen
Inspeksi :
simetris
Auskultasi :
Bising usus normal 20x/menit
Perkusi
:Tympani
Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan dan distensi
3.
Pola fungsi kesehatan (Pola Fungsional Gordon) :
1) Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Sebelum Sakit : Klien mengatakan
sakitnya murni karena faktor ilmiah, bukan karena guna-guna/santet.
Saat
sakit : Saat sakit klien dibawa ke rumah sakit.
2) Pola Nutrisi Metabolik
Sebelum sakit : Klien
mengatakan makan 3 x sehari dengan sayur dan lauk pauk,porsi 1 piring penuh.
Untuk minum 2,5 – 3 L per hari
Saat
sakit :
makan 3x sehari tetapi dengan setengah porsi. Minum air putih 2 gelas hari.
3) Pola Eliminasi
Sebelum saki t : Klien mengatakan
BAB
: 1 x sehari , normal
BAK
: 4 x sehari
Saat sakit : Klien mengatakan
BAB : 1 x sehari , tetap normal
BAK : 6 x sehari
4) Pola gerak dan aktifitas
Aktivitas
|
Kemampuan perawatan diri
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
Makan dan minum
|
ü
|
||||
|
Mandi
|
ü
|
||||
|
Toileting
|
ü
|
||||
|
Berpakaian
|
ü
|
||||
|
berpindah
|
ü
|
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: di
bantu orang lain, 3: di bantu orang lain dan alat, 4: tergantung total
Latihan
Sebelum sakit klien
mengatakan
Pola
gerak : biasa
bergerak dengan bebas
Pola
aktifitas : dapat beraktifitas seperti biasa
Saat sakit klien mengatakan
Pola
gerak : terbatas
untuk bergerak karena dipasang infus
Pola
aktifitas : hanya bisa melakukan aktifitas di
tempat tidur
5) Pola kognitif dan persepsi
Klien kurang mengetahui tentang
penyakitnya secara mendetail.
6) Pola persepsi – Konsep diri
Sebelum sakit klien mengatakan
:
Harga
Diri : tidak bermasalah
Body
Image : tidak bermasalah
Ideal
diri
: tidak bermasalah
Peran
: tidak bermasalah
Identitas
diri :
tidak bermasalah
Saat sakit klien mengatakan
Harga
Diri : tidak bermasalah
Body Image : tidak bermasalah
Ideal
diri
: tidak bermasalah
Peran
: tidak bermasalah
Identitas diri : tidak bermasalah
7) Pola tidur dan istirahat
Sebelum Sakit :klien mengatakan setiap hari tidur
dengan rentang 6 – 8 jam. Tidur malam pukul 23.00, bangun pagi pukul 06.00.
Saat sakit : Saat sakit klien susah tidur dan
sedikit terganggu karena ruang gerak yang tidak memadai. Tidur malam pukul
22.00, bangun pagi 05.30.
8) Pola peran – hubungan
Sebelum Sakit : Klien dapat berkomunikasi dengan baik,
dengan keluarga maupun temannya.
Saat
sakit : Klien dapat berkomunikasi dengan baik,
dengan perawat, keluarga maupun temannya.
9) Pola seksual – reproduksi
Anak pertama dari 2 bersaudara.
10) Pola toleransi strees – koping
Sebelum Sakit : klien mengatakan jika mengalami
masalah stress akan bercerita dengan teman.
Saat
sakit : klien menceritakan keluhannya kepada
keluarga.
11) Pola
nilai – Kepercayaan
Sebelum Sakit : klien
menganut agama Islam, dan melaksanakan sholat 5 x sehari.
Saat
sakit :
klien masih bisa sholat 5 x sehari
C.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan Laboratorium
a.
Hb :
10 g%
b.
Kolesterol :
250 mg/dl
c.
HDL :
35 mg/dl
d.
LDL :
130 mg/dl
2.
EKG.
3.
Monitor Holter
4.
Foto Thorax
5.
Skan Pencitraan miokardia
6.
Tes stress latihan
7.
Elektrolit
D.
Analisis Data
|
No. Dx
|
Data
Diagnosa
|
Masalah
Keperawatan
|
|
1
|
DS :
Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi dan sesak nafas ketika beraktifitas fisik
sehari-harinya
DO :
TTV
TD : 150/100 mm/Hg
RR : 30x/menit
Terpasang O2 3 liter/menit
|
Gangguan
pertukaran gas
|
|
2
|
DS :
Pasien mengatakan memliki riwayat hipertensi batasan
aktifitas ringan dan saat saat melakukan aktifitas fisik menimbulkan kelelahan,palpitasi dan sesak
nafas
DO :
TTV
TD : 150/100 mm/Hg
|
Intoleransi
aktivitas
|
E.
Perumusan Diagnosa Sesuai Kasus (NANDA)
1.
Gangguan pertukaran gas b/d kongesti paru, hipertensi
pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan
curah jantung ditandai:
DS :
Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi dan sesak nafas ketika beraktifitas fisik
sehari-harinya.
DO :
TTV
TD : 150/100 mm/Hg
RR : 30x/menit
Terpasang O2 3 liter/menit
2.
Intoleransi aktivitas b/d curah jantung yang rendah
ditandai :
DS :
Pasien mengatakan memliki riwayat hipertensi batasan
aktifitas ringan dan saat saat melakukan aktifitas fisik menimbulkan kelelahan,palpitasi dan sesak
nafas
DO :
TTV
TD : 150/100 mm/Hg
RR : 30x/menit
F.
Penentuan Kriteria Hasil Sesuai Kasus (NOC)
1)
Diagnosa I
Tujuan :
Sesak napas teratasi
Kriteria hasil :
Tanda tanda vital dalam rentang normal
2)
Diagnosa II
Tujuan :
Meningkatkan toleransi aktifitas
Kriteria hasil
:
a)
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
b)
Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara
mandiri
G.
Perumusan Intervensi Keperawatan Sesuai Kasus (NIC)
|
Tanggal
|
NDX
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
|
Diagnosa I
|
1.
Kaji pola pernapasan pasien Monitor TTV.
2.
Posisikan pasien untuk memaksimalkan Ventilasi
3.
Monitor respirasi dan status O2
4.
Monitor suara nafas, seperti dengkur, Monitor pola
nafas
5.
Auskultasi suara nafas
6.
Kolaborasi pemberian obat
|
1.
Mengetahui tindakan yang akan
dilakukan selanjutnya
2.
Memaksimalkan ventilasi
3.
Mengoptimalkan jalan napas
4.
Mengetahui adanya keabnormalan
pada pernapasan untuk mengoptimalkan tindakan selanjutnya
5. Mengoptimalkan
pengobatan yang diberikan
|
|
|
Diagnosa II
|
1. Kaji
tingkat intoleransi klien
2. Bantu
klien untuk melakukan aktifitas sehari-hari
3. Anjurkan
klien untuk melakukan aktivitas yang ringan
4. Libatkan
keluarga untuk proses perawatan dan aktivitas klien
5.
Ajurkan klien untuk istirahat
yang cukup
|
1. Untuk
mengetahui tingkat aktivitas klien guna intervensi selanjutnya
2. Bantuan
terhadap aktifitas klien dapat mempermudah pemenuhan kebutuhan klien
3. Aktivitas
yang ringan dapat membantu mengurangi energy yang keluar
4. Keluarga
memiliki peranan penting dalam aktifitas sehari-hari klien selama perawatan
5.
Istirahat yang cukup dapat
mebantu meminimalkan pengeluaran energy.
|
BAB IV
PEMBAHASAN
KASUS
A.
Pengkajian
Pengkajian
adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan
dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien
baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga
kegiatan,yaitu Pengumpulan Data,
Analisis Data dan Penentuan Masalah kesehatan serta
keperawatan.
Pada
kasus Tuan NN penulis melakukan metode observasi,wawancara dan diagnostik
B.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status
kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan
merubah (Carpenito,2000).
Pada
kasus Tuan NN penulis mengangkat diagnosa berdasarkan keluhan utama klien
C.
Intervensi Keperawatan
Intervensi
keperawat adalah respon perawat terhadap kebutuhan perawatan kesehatan dan
diagnnosa keperawatan klien. Tipe intervensi ini adalah “Suatu tindakan
autonomi berdasarkan rasional ilmiah yang dilakukan untuk kepentingan klien
dalam cara yang diprediksi yang berhubungan dengan diagnosa keperawatan dan
tujuan klien”. (Bulechek & McCloskey, 1994).
Pada
kasus Tuan NN penulis menentukan intervensi berdasarkan diagnosa dengan tujuan
mengurangi keluhan utama pasien
D.
Implementasi Keperawatan
Implementasi
keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon,
1994, dalam Potter & Perry, 1997). Implementasi merupakan inisiatif dari
rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai
setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana
tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu
klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
E.
Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilaukan
dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya.
Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan
rencana tindakan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Penilaian keperawatan adalah mungukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien.
DATA FOKUS
CP.1A
Initial
Klien : Tuan NN No.RM :
Ruangan : Dx
medik :
|
Data Subejktif
|
Data Objektif
|
|
a.
Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi dan sesak nafas ketika beraktifitas fisik
sehari-harinya.
b. Pasien
mengatakan memliki riwayat hipertensi batasan aktifitas ringan dan saat saat
melakukan aktifitas fisik menimbulkan
kelelahan,palpitasi dan sesak nafas
|
a.
TTV
TD : 150/100 mm/Hg
RR : 30x/menit
Terpasang O2 3 liter/menit
b.
TTV
TD : 150/100 mm/Hg
|
CP.1B
Initial
Klien : Tuan NN No.RM :
Ruangan : Dx
medik :
|
NO
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tanggal
ditemukan
|
Tanggal
teratasi
|
|
|
1
|
Gangguan
pertukaran gas b/d kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan perifer yang
mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung ditandai:
DS :
Pasien mengatakan memiliki riwayat
hipertensi dan sesak nafas ketika
beraktifitas fisik sehari-harinya.
DO :
TD : 150/100 mm/Hg
RR : 30x/menit
Terpasang O2 3 liter/menit
|
|
|
|
|
2
|
Intoleransi
aktivitas b/d curah jantung yang rendah ditandai :
DS :Pasien
mengatakan memliki riwayat hipertensi batasan aktifitas ringan dan saat saat
melakukan aktifitas fisik menimbulkan
kelelahan,palpitasi dan sesak nafas
DO :TD :
150/100 mm/Hg
RR : 30x/menit
|
|
|
|
Initial
Klien : Tuan NN No.RM :
Ruangan : Dx
medik :
|
NO
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
|
1
|
DS :
Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi dan sesak nafas ketika beraktifitas fisik
sehari-harinya.
DO :
TD : 150/100 mm/Hg
RR :
30x/menit
Terpasang
O2 3 liter/menit
|
GAGAL POMPA VENTRIKEL KIRI
Backward failure
Tekanan
vena pulmonal↑
Tekanan
kapiler paru↑
Edema
paru
Terdapat jarak (cairan ↑)
antara
alveolus-kapiler
Gangguan
pertukaran gas
|
Gangguan
pertukaran gas
|
|
2
|
DS :Pasien mengatakan memliki
riwayat hipertensi batasan aktifitas ringan dan saat saat melakukan aktifitas
fisik menimbulkan kelelahan,palpitasi
dan sesak nafas
DO :TD : 150/100 mm/Hg
RR :
30x/menit
|
GAGAL POMPA VENTRIKEL KIRI
Forward failure
Suplai darah ke jar↓
Metabolisme
anaerob
Asidosis metabolik
ATP↓
Fatigue
Intoleransi
aktifitas
|
Intoleransi
aktivitas
|
BAB V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
CHF atau yang sering disebut dengan gagal jantung adalah ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh (Ebbersole, Hess, 1998). Risiko CHF
akan meningkat pada orang lanjut usia (lansia) karena penurunan fungsi
ventrikel akibat proses penuaan. CHF ini dapat menjadi kronis apabila disertai
dengan penyakit – penyakit seperti hipertensi, penyakit katup jantung,
kardiomiopati (kelainan fungsi otot jantung), dan lain-lain.CHF juga dapat
berubah menjadi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada kasus miokard infark (penyakit serangan
jantung akibat aliran darah ke otot jantung).
Gagal jantung juga sering disebut suatu keadaan ketika jantung tidak mampu
mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan
pengisian darah pada vena normal. Namun, definisi-definisi lain menyatakan
bahwa gagal jantung bukanlah suatu penyakit yang terbatas pada satu organ,
melainkan suatu sindrom klinis akibat kelainan jantung yang ditandai dengan
respons hemodinamik, renal, neural, dan hormonal (Mutaqqin,2009).
Masalah keperawatan yang muncul pada kasus dengan
CHF adalah gangguan pertukaran gas, dan intoleransi aktivitas. Pada kasus Tn.NN,
semua masalah tersebut muncul dengan tanda dan gejala sesuai dengan hasil
pengkajian yang telah dilakukan.
B. SARAN
Untuk mengetahui lebih jauh dan lebih banyak bahkan
lebih lengkap tentang gagal jantung, pembaca dapat membaca dan mempelajari buku
– buku yang berhubungan dengan gagal jantung.Disini penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran
yang bersifat membangun dan menyempurnakan penulisan makalah – makalah
selanjutnya sangat diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Robbin
& Contran. 2009. Dasar Patologis Penyakit. Jakarta: EGC.
Doenges
E. Marlynn.2010. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC.Jakarta
Gray,
H. 2002. Lecture Note Kardiology. Erlangga
NANDA
2010.Nursing diagnoses : definitions and classification.Jakarta:EGC
Muttaqin,
Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem Kardiovaskuler. Jakarta:Salemba
Medika
Komentar
Posting Komentar